Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Umpan Silang

    Cibeles, Neptunus dan Penghakiman Terakhir di Kota Milan

    Anwar Saragih - detikSport
    Foto: REUTERS/Stefano Rellandini Foto: REUTERS/Stefano Rellandini
    Jakarta - Semesta masih kosong, alam belum berwujud. Saat itu bumi dalam kondisi yang kacau dan dunia masih dalam keadaan chaos.

    Dalam mitologi Yunani, Chaos adalah dewa pertama. Chaos tidak memiliki orang tua, sanak keluarga apalagi teman sepermainan. Chaos digambarkan sebagai wujud dewa raksasa yang sangat menakutkan dan sering melakukan kekacauan. Sampai dia sendiri menciptakan pasangannya, Nyx, atau yang lebih dikenal dewi malam. Dewi yang sangat indah, sangat rupawan dan punya kekuatan yang luar biasa. Nyx akhirnya disebut pula sebagai Ibu Purba, sementara Chaos adalah dewa pertama.

    Chaos dan Nyx adalah pasangan dewa-dewi pertama dalam narasi cerita Mitologi Yunani. Cerita Chaos dan Nyx mirip kisah Adam dan Hawa sebagai laki-laki dan perempuan pertama di dunia dalam kitab agama-agama Samawi, atau Swayambu Manu dan Satarupa dalam kitab agama Hindu. Selanjutnya dalam kisah ini, Nyx melahirkan banyak anak dan keturunan yang nantinya juga berwujud dewa atau dewi.

    Cerita ini berlanjut kala terjadi kekacauan yang luar biasa di Spanyol akibat dampak reformasi gereja. Pada tahun 1775 Raja Charles III atau raja Spanyol pada saat itu mencoba untuk menyelamatkan kerajaannya dengan mendukung segala sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan peradaban. Misal, mendukung lembaga universitas dalam penelitian pengetahuan, membangun infrastrukur kota Madrid, memfasilitasi pedagangan dan memodernisasi pertanian demi menghindarkan Spanyol dari perang.

    Salah satu proyek ambisius Raja Charles III pada saat itu adalah pembangunan proyek Salon del Prado di kota Madrid. Proyek Salon del Prado adalah sebuah proyek pembangunan ruas taman-taman tempat pertemuan para bangsawan di kota Madrid.

    Proyek Salon del Prado sendiri ditandai dengan pembangunan Plaza de Cibeles dan Plaza de Canovas del Castillo, dua tempat ikonik kota Madrid. Bersamaan dengan itu di kedua komplek plaza tersebut di bangun pula air mancur sebagai simbol kebesaran, kemasyuran, keselarasan dan keseimbangan hidup. Air mancur Cibeles di komplek Plaza de Cibeles, sementara air mancur Neptunus di komplek Plaza de Canovas del Castillo.

    Asal mula penamaan air mancur Cibeles konon diilhami dari nama Dewi Seres atau dewi tanah yang ada dalam cerita di mitologi Yunani. Kemudian di tengah-tengah air mancur itu dibangun pula patung Dewi Cibeles. Patung itu digambarkan sedang menaiki kereta yang ditarik oleh dua ekor singa. Patung itu sendiri terbuat dari marmer putih.
    (AFP/Javier Soriano)

    Sementara itu, penamaan terhadap air mancur Neptunus diambil secara simbolik dari Dewa Neptunus (dewa air/laut) yang juga di ambil dari narasi mitologi Yunani. Neptunus dideskripsikan memegang trisula dengan satu tangan dan ular melingkar di sekelilingnya. Selanjutnya, demi sebuah keseimbangan alam untuk melengkapi unsur tanah dan air dibangun juga air mancur Apollo yang letaknya diantara air mancur Cibeles dan Neptunus, di mana dalam mitologi Yunani, Apollo digambarkan sebagai dewa matahari dan cahaya atau kerap di sebut sebagai Dewa Api.
    (AFP/Dani Pozo)

    Kisah narasi Cibeles dan Neptunus tersebut kemudian mempengaruhi pola pikir, kehidupan dan intensitas masyarakat penggemar sepakbola di kota Madrid. Khususnya untuk klub kebanggaan ibukota, Real Madrid dan Atletico Madrid. Kedua tempat itu selalu menjadi tujuan utama kala di antaranya meraih gelar juara. Baik itu gelar Liga, Copa maupun Liga Champions juga kejuaraan lainnya. Real Madrid merayakan gelar juara di air mancur Cibeles. Sementara, Atletico memilih merayakan juara di air mancur Neptunus yang keduanya hanya berjarak sekitar 400 meter.

    Butuh hakim yang adil

    Harus diakui Real Madrid unggul segalanya atas Atletico. Baik soal sejarah, ketenaran, gelar juara, keuangan klub, jumlah fans hingga kapasitas stadion. Namun, sejak kedatangan pelatih Diego Simeone di awal musim 2012-2013 terjadi perubahan yang sangat signifikan di tubuh Atletico Madrid. Setelah hampir dua dekade tak pernah menang atas Real Madrid, kini Atletico menjelma menjadi tim yang sangat menakutkan bagi Real Madrid. Buntutnya, di akhir musim 2012/2013 Atletico berhasil menjuarai Copa Del Rey setelah mengalahkan Real Madrid di Final. Mereka juga menjuarai La Liga musim 2013/2014 di tengah persaingan Real Madrid dan Barcelona, hingga menjadi finalis Liga Champions 2014 bersama Real Madrid. Meski pada akhirnya "gol keajaiban" Sergio Ramos membuat sirna impian Atletico menjuarai kompetisi kasta tertinggi Eropa tersebut.

    Kini, dua tahun sudah berlalu sejak derby itu. Atletico kini kembali bertemu rival sekotanya itu di final Liga Champions yang kali ini dilangsungkan di kota Milan. Kota yang juga syarat dengan derby sepakbola, Derby Della-Madonnina. Derby yang selama ini memperebutkan patung Bunda Maria di puncak Katedral Milan antara klub Inter Milan dan AC Milan. Kini Dewi Cibeles dan Dewa Neptunus mencoba singgah di kota yang penuh katedral tersebut.

    Tak pernah ada niat Cibeles dan Neptunus untuk mengusik kota Milan. Tak pernah ada pula keinginan mereka menggantikan patung Bunda Maria yang sudah menjadi identitas kota Milan dengan patung Cibeles atau Neptunus. Cibeles dan Neptunus hanya singgah, duduk sebentar kemudian mencari penengah atas "pertengkaran panjang" mereka yang tak kunjung selesai. Pertengkaran yang penuh chaos. Pertengkaran yang tak cukup tempat hanya sekadar selesai di kota Madrid atau Kota Lisbon. Tempat mereka sebelumnya mendapat penghakiman kemudian diadili dan mendapat putusan. Bagi yang kalah nanti akan mencucurkan air mata di kota katedral tersebut. Sebaliknya pemenang akan bergegas pulang, berterima kasih dan merayakannya kemenangan atas penghakiman di air mancur kota Madrid.
    (Gonzalo Arroyo Moreno/Getty Images)

    Ini tahun 2016. Sejak pertama kali bertemu sejak musim 1928-1929 hingga tahun ini, sudah 212 kali Real Madrid dan Atletico berhadapan. Real Madrid menang 107 kali, sedangkan Atletico menang 54 kali. Sisanya 51 pertandingan berakhir sama kuat. Artinya pertandingan yang dilangsungkan pada 28 Mei nanti adalah pertemuan ke-213 mereka di "pengadilan", dan sekali lagi harus mendapat penghakiman. Ini hanya data, ini hanya statistik. Ini juga hanya cerita kisah masa lalu. Tidak ada hubungannya dengan pemenang final nanti.

    Baik Atletico maupun Real Madrid punya kekuatan yang sama. Sekarang tinggal sejauh mana Dewi Cibeles memberikan tuah "kesuburan" La UnDecima akan tumbuh kembang untuk Real Madrid, atau Dewa Neptunus "menyirami" semangat para pemain Atletico agar tetap merawat ingatan bahwa harapan tentang gelar pertama Liga Champions mereka akan segera terwujud.

    Sombong adalah sifat terburuk dalam menghadapi pertandingan yang tak terduga hasilnya. Jemawa tentu bukanlah pilihan bagus mengingat pengalaman pertemuan beberapa tahun ini masih sangat mencekam, kenangan tentang kekalahan-kekalahan yang lalu masih mengancam. Apalagi diam tanpa perlawanan akan membuat teror lebih merajalela dan semakin membuat ketidaknyamanan bagi Cibeles dan Neptunus dalam menghadapi penghakiman di "pengadilan" San Siro, Milan.
    (AFP/Pedro Armestre)

    Ini Penghakiman. Hakim yang adil tentu selalu milik pemenang, yang kalah selalu menganggap hakim tak adil dan selalu coba tuk menggugatnya. Entah itu hakim yang memimpin pertandingan, hakim garis belakang gawang, juga hakim garis pinggir lapangan. Menggugat hasil vonis pasca persidangan layaknya gugatan Pemilihan Umum di Indonesia ke Mahkamah Konstitusi usai pertandingan tentu bukan pilihan yang bagus. Mengingat UEFA tak punya lembaga itu dan hal semacam itu belum pernah diperkenankan. Tentu pilihan terakhir adalah mengembalikannya pada kebenaran, kejujuran dan sportivitas pertandingan sembari menunggu "Hakim yang benar-benar adil" di penghakiman nanti.

    [Infografis Final Liga Champions 2016]

    Ini yang terakhir. Baik Atletico maupun Real Madrid, penghakiman di Milan nanti adalah pertandingan terakhir yang mereka langsungkan musim ini. Penghakiman terakhir di kota Milan ini menjadi sesuatu yang patut ditunggu proses persidangannya. Entah itu nantinya membosankan, sangat menarik, saling serang atau bahkan mengarah ke "Chaos". Baik Cibeles dan Neptunus tentu sudah mempersiapkan segala sesuatu.

    Air Mancur terbaik di hari putusan penghakiman nanti tentu merupakan perayaan yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang di jagad raya ini, terutama oleh Frente Atletico maupun Ultrassur Real Madrid. Pendukung garis keras kedua tim ini. Tapi apapun itu baik Cibeles dan Neptunus sudah tahu cara menerima hasil putusan nanti. Kekalahan akan berujung pada kucuran "air mata". Sebaliknya, kemenangan akan berbuah manis di "air mancur". Semoga hakim yang memimpin final nanti benar-benar adil.


    ====
    * Penulis adalah blogger sepakbola. Bisa dihubungi via akun Twitter @anwargigi

    (a2s/krs)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game