Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Umpan Silang

    Investasi 25 Meter Si Sayap Tunggal di MotoGP 2016

    Sofyan Hakim - detikSport
    Foto: AFP PHOTO / Jose Jordan Foto: AFP PHOTO / Jose Jordan
    Jakarta - Satu kata, enam huruf: "Sukses".

    Mungkin banyak orang berasumsi kata-kata ini yang sedang dan mungkin akan menghiasi hari-hari (Shuhei) Nakamoto-San beberapa waktu ke depan. Vice President HRC yang memutuskan untuk pensiun di akhir musim balap 2016 ini sukses menempatkan pebalap unggulannya Marc Marquez (Repsol Honda) di puncak klasemen tertinggi pada ajang balap motor paling prestisius di planet ini, MotoGP.

    Terasa lebih spesial karena Marc menjadi kampiun pada musim yang sangat memorable. Yup, musim yang ritmenya mungkin akan sangat sulit untuk diulangi dalam beberapa tahun atau bahkan beberapa dekade ke depan. Bayangkan, musim ini dihiasi oleh 9 pemenang juara seri yang berbeda dari 4 pabrikan yang berbeda pula. Jika dihitung rata-rata maka dalam 18 seri hampir di setiap 2 seri gelaran balap muncul juara baru.

    Jika kita tarik mundur 20 tahun ke belakang, paling-paling hanya musim 2000 saja yang hampir menyamai pencapaian tahun ini dengan 8 pemenang juara seri berbeda. Namun, itu pun sudah 16 tahun yang lalu.

    Lalu bagaimana dengan MotoGP di era modern dalam 6 tahun terakhir? Terhitung tidak lebih dari 4 pebalap yang memenangi seri balap di tiap tahunnya. Untuk hal ini kita sebagai penggemar selayaknya memberikan apresiasi luar biasa kepada Carmelo Ezpeleta dan Dorna atas racikan regulasi kompetisi MotoGP 2016 yang disusun hingga menghasilkan musim balap yang historikal ini. Selamat !

    Kembali ke Nakamoto dan Honda si Sayap Tunggal, benarkah Honda benar-benar sukses musim ini? Bisa iya, bisa juga tidak. Dalam hal development motor jelas RC213V versi 2016 merupakan salah satu produk gagal Honda, yang mana hal ini sebenarnya sudah mulai dikeluhkan oleh para pebalapnya. Alih-alih mencatat laptime yang kompetitif, pada sesi tes pramusim 2016 Marquez dan Dani Pedrosa justru sempat menuturkan bahwa mereka tidak pernah menemukan rasa percaya diri dengan motornya saat berada di atas lintasan. Keluhan mereka sampai pada satu kesimpulan besar atas masalah motor berkapasitas silinder 1.000cc ini: Akselerasi.

    Investasi 25 Meter Si Sayap Tunggal di MotoGP 2016Foto: Josep Lago / AFP

    Masalah akselerasi inilah yang tidak pernah terselesaikan secara sempurna oleh para engineer Honda sepanjang musim 2016 berjalan. Mungkin sudah jutaan pasang bola mata dan ratusan kilometer aspal lintasan balap mulai dari Losail hingga Ricardo Tormo di musim 2016 menjadi saksi buruknya akselerasi Honda, ketika Marquez atau Pedrosa kepayahan saat keluar dari tikungan kemudian berjibaku dengan bentangan trek lurus. Jangan bandingkan dengan Ducati Desmosedici atau Yamaha YZR-M1, dengan GSV-R milik Suzuki saja Honda RC213V kerap kewalahan di atas lintasan untuk soal akselerasi.

    Investasi 25 Meter Si Sayap Tunggal di MotoGP 2016Foto: Mirco Lazzari gp/Getty Images

    Ini yang banyak dianggap orang kesuksesan untuk Dorna tapi bencana untuk Honda. Regulasi single supplier ECU (Electronic Control Unit) dari Magneti Marelli yang diterapkan Dorna di musim 2016 ini terbukti sukses besar dengan variatifnya juara seri gelaran balap.

    Bahkan Suzuki mampu meraih kemenangan pertamanya kembali dalam 9 tahun terakhir. Kisah sukses lainnya datang dari Ducati yang kembali mampu menang setelah 6 tahun puasa kemenangan. Namun, Honda punya cerita yang berbeda karena justru faktor regulasi ECU inilah yang banyak dianggap publik sebagai faktor kemunduran si sayap tunggal.

    Semua orang tahu Honda memiliki investasi sumber daya manusia dan materi yang luar biasa hebat, bahkan sering dibilang unlimited. Hal inilah yang pada musim-musim sebelumnya menjadi modal besar Honda untuk meracik ECU super canggih dan powerful ciptaan mereka sendiri yang menghasilkan superioritas luar biasa Marquez di musim 2013 dan 2014. Bahkan pada musim 2013 ECU Honda inilah yang kerap dianggap sebagai salah satu faktor utama pebalap bernomor fairing 93 tersebut menorehkan sejarah dengan langsung meraih gelar juara dunia MotoGP pada musim balap rookie-nya. Juga dominasi luar biasa Marc di musim 2014 dimana ia mampu menjuarai 10 seri pertama--sungguh pencapaian yang akan sangat sulit diulang oleh pebalap manapun. Dengan ECU ini banyak analisa publik yang menyimpulkan bahwa Marc dapat membuka putaran gas sejadi-jadi nya dan rear sliding sesuka hati tanpa risiko berarti; urusan wheel spinning hingga keausan si karet bundar biarlah di urus oleh algoritma luar biasa dari ECU Honda ini. Bahkan sempat ramai diperbincangkan bahwa beberapa kali aksi "Great Safe" yang ditunjukkan Marquez ketika berhasil menegakkan motor kembali saat posisi tubuh dan motornya sudah out of position adalah andil besar dari ECU ini. Canggih!

    Masalah mulai muncul ketika Dorna mengumumkan akan menerapkan regulasi single ECU supplier pada musim balap 2016, yang artinya semua motor yang turun balap di kejuaraan MotoGP pada tahun 2016 harus seragam menggunakan piranti elektronik yang di-supply oleh Dorna. Dengan regulasi ini otomatis Honda harus menanggalkan "Otak" cerdas dari RC213V mereka. Sadar perubahan regulasi ini merupakan kerugian bagi Honda, jauh-jauh hari Shuhei Nakamoto sudah melancarkan psywar kepada Dorna.

    Ia sempat mengancam Honda bakal mundur dari MotoGP, terkait ECU, karena, yang penggalan kutipannya dikutip dari Crash.net, "Jika kesempatan untuk melakukan pengembangan sudah tak lagi bisa dilakukan maka Honda kehilangan sebuah alasan yang amat penting untuk menjustifikasi pengeluaran uang... Kalau tujuan Carmelo menghentikan pengembangan, tidak ada alasan bagi sebuah pabrikan seperti Honda untuk terus lanjut di Grand Prix."

    Benar saja, ketakutan Nakamoto tersebut terbukti; RC213V tidak mampu beradaptasi maksimal dengan ECU tunggal Magneti Marelli mulai dari tes pramusim yang digelar hingga musim balap resmi berjalan. Dengan berbagai fakta tersebut jelas bahwa sebetulnya Honda tidak pernah benar-benar sukses dalam segi performance motornya pada musim 2016. Beruntung Honda tidak hanya berinvestasi pada sumber daya insinyur dan material teknologi mereka saja, investasi terbesar dan tepat guna mereka yang sesungguhnya ada pada pebalap utama mereka si pria kelahiran Cervera, Spanyol 23 tahun yang lalu: Marc Marquez.

    Investasi 25 Meter Si Sayap Tunggal di MotoGP 2016Foto: Mirco Lazzari gp/Getty Images

    Marc tiba di musim 2016 dengan tingkat kepercayaan diri rendah setelah hasil buruk di sesi tes pramusim. Hasil buruk ini tak kunjung membaik hingga gelaran musim balap dibuka di bawah siraman gemerlap lampu sirkuit Losail, Qatar. RC213V masih belum bisa beradaptasi sama sekali dengan ECU Magneti Marelli yang di-supply oleh Dorna; Marc hanya mampu finis di podium ketiga di balapan pembuka.

    Sadar akan paket motor Honda yang lemah, dalam beberapa kesempatan tanya jawab dengan media Marquez berulangkali menuturkan bahwa strategi besarnya dalam menjuarai musim 2016 ini adalah "Mengubah Mentalitas". Hal ini pun terlihat jelas di setiap gelaran balap tahun ini. Marc tampak lebih matang dan dewasa, dia tidak pernah push mati-matian, seperti selama ini ia lakukan, jika kondisi alam maupun teknis tidak memungkinkan untuk menang. Sebaliknya jika dia merasa strong dan percaya diri untuk menang, barulah dia akan memaksimalkan segala aspek mulai dari teknik balap hingga strategi tim yang dimilikinya. Hal ini terlihat di sirkuit-sirkuit favoritnya seperti Termas, COTA, Aragon, Motegi, dan Sachsenring. Marc tahu bisa menang maka dia mengerahkan seluruh potensi untuk meraup poin penuh. Berbeda pada sirkuit-sirkuit di mana Honda "loyo"; di sana Marc dengan cerdasnya bermain aman untuk mengumpulkan poin kejuaraan--saat Marc memainkan strategi cantik ini kompetitornya justru jumpalitan di lintasan.

    Investasi 25 Meter Si Sayap Tunggal di MotoGP 2016Foto: AFP PHOTO / Toshifumi KITAMURA

    Catatan laptime Marquez sepanjang musim 2016 ini pun bisa dibilang impresif. Jika menilik lebih jauh data yang dipublikasikan MotoGP.com, pada sesi kualifikasi di tiap seri rata-rata Marc mampu menorehkan catatan waktu -0.675 detik lebih cepat dibanding rider Honda mana pun. Sementara average speed-nya di tiap gelaran balap bermain di angka 160KM/h.

    Jika berasumsi Marc dapat menjaga ritme ini secara konsisten saat race day dan gap waktu -0.675 detik tadi kita konversi ke dalam satuan jarak maka dalam satu lap di setiap gelaran balap MotoGP 2016 Marquez berada kurang lebih 25 meter di depan pebalap Honda lainnya.

    Sebagai contoh nyata, pada sesi kualifikasi Grand Prix Valencia 2016, Marquez memang tertinggal +0.340 detik di belakang Jorge Lorenzo. Mungkin sekilas terlihat wajar, tapi ini akan terasa sebagai kemunduran besar seandainya Honda tidak pernah melakukan investasi kepada si "Smiling Joker"--jika kita berandai-andai pada seri pamungkas tersebut Marquez tidak pernah ada maka gap yang tercipta antara Lorenzo dengan Pedrosa sebagai pebalap Honda tercepat kedua adalah +1.173. Sungguh gap yang sangat amat memalukan untuk motor pabrikan sekaliber Honda.

    Sampai pada poin ini mungkin Honda gagal dalam hal teknis pengembangan motor yang kompetitif. Tapi tidak salah jika beranggapan bahwa Honda, lewat tangan dingin Nakamoto, sukses dalam menentukan investasi pebalapnya. Jika saja Nakamoto tidak pernah melakukan pendekatan kepada Marquez di musim 2011 silam, mungkin musim ini Honda tidak akan merasakan manisnya puncak podium tertinggi juara dunia pebalap dan konstruktor, atau bahkan mungkin cerita akan berbeda untuk musim 2013 dan 2014.

    Honda mungkin telah merasakan hasil gemilang dari investasi yang mereka lakukan. Di musim ini investasi di sektor pebalaplah yang berperan sangat penting. Namun, seharusnya Honda tidak boleh lengah dan jemawa atas gelar yang diraih karena jelas faktor Marquez-lah yang mengantarkan Honda ke pintu juara dunia musim 2016. Walaupun pada musim ini semua rider Honda pernah merasakan juara seri, tapi tidak dapat dimungkiri ini bukan hanya karena faktor RC213V semata, tapi juga hasil dan efek dari racikan regulasi single tyre dan ECU supplier yang diterapkan Dorna.

    Investasi 25 Meter Si Sayap Tunggal di MotoGP 2016Foto: Mirco Lazzari / Getty Images

    Untuk tetap kompetitif di masa mendatang, sejatinya Honda harus berbenah agar jangan lama-lama terbuai oleh manisnya investasi 25 meter--Marc Marquez--pada musim ini.



    =====
    penulis adalah penggemar MotoGP, sehari-hari bekerja sebagai Product Manager untuk detikcom. Beredar di dunia maya dengan akun Twitter @softopie

    (krs/krs)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game