MotoGP Qatar Perlihatkan Honda Masih Harus Berbenah

Start balapan itu sempat tertunda sampai dua kali akibat drama gerimis dan kerb yang sempat dikeluhkan licin oleh para pebalap. Pemangkasan jumlah lap dari 22 menjadi 20 jadi drama lain di seri pembuka ini.
Dalam seri debut balap perdananya bersama Yamaha musim ini Maverick "Top Gun" Vinales keluar sebagai pemenang di GP Qatar. Sangat lumrah mengingat Vinales sangat mendominasi sesi tes resmi pada pramusim.
Di sisi lain, hal berbeda justru dialami oleh juara bertahan Marc Marquez. Di bawah siraman cahaya artifisial sirkuit Losail, yang mampu menerangi 70 stadion sepakbola berstandard FIFA, Marquez tak mampu berbuat banyak.
Memulai balapan di grid kedua, Marquez hanya mampu finis di posisi empat. Jangankan berduel memburu kemenangan, untuk mengejar podium saja ia cuma bisa menonton duel posisi tiga teratas dari kejauhan. Sungguh bukan performa yang merepresentasikan juara dunia tiga kali MotoGP.
Marquez sendiri sebenarnya bukan tanpa upaya di Qatar tempo hari. Dalam sesi tanya jawab dengan media setelah race berlangsung, ternyata ia masih mengeluhkan problem besar Honda soal akselerasi yang tak kunjung rampung hingga kini.
Hal itu membuat Marquez dan timnya terus putar otak untuk coba mengakali problem ini; mengalokasikan penggunaan ban depan Michelin dengan kompon Hard pada saat balapan berlangsung. Strategi ini diharapkan dapat membantu dirinya berduel untuk posisi satu -- secara terperinci, ban depan kompon Hard setidaknya tidak akan cepat habis tergerus jika Marc coba tekan mati-matian di sektor hard braking untuk meng-cover kelemahan akselerasi Honda.
![]() |
Akan tetapi, apa daya strategi Marquez ini akhirnya kalah dengan kuasa alam. Saat mulai turun rintik gerimis di langit Qatar, permukaan sirkuit pun mulai menjadi lembab dan dingin. Senada dengan saran dari pihak Michelin, Marquez sudah tidak punya opsi selain mesti beralih ke penggunaan ban depan dengan kompon Medium, jika ia tidak ingin berakhir di gravel pada balapan perdananya di musim 2017 ini.
Pada prosesnya, dengan penyesuaian strategi itu, baru 5 lap berjalan saja karet bundar racikan Michelin berkompon Medium di motor Marquez sudah mulai tergerus karena tidak sanggup meladeni gaya balapnya -- dengan teknik hard braking sana-sini untuk mengimbangi rider pabrikan lain. Akhirnya Marquez pun hanya mampu mengejar target "sederhana" di Qatar: finis dan mejaga posisi empat.
Ketika race berakhir, Dani Pedrosa yang merupakan rekan Marquez di Repsol Honda ternyata sempat mengalami masalah serupa dengan ban depannya yang juga berkompon medium. Ini yang membuat RC213V-nya beberapa kali dapat dilewati dengan mudah oleh Aprilia RS-GP milik Aleix Espargaro di trek lurus. Untung saja Pedrosa masih mampu memberikan perlawanan cukup signifikan terhadap Espargaro dan menyelamatkan wajah Honda dari kepulan asap motor Aprilia.
![]() |
Melihat kondisi ini tampaknya Honda belum melakukan evaluasi atau membuat perkembangan signifikan dari sisi performa motor. Di sisi lain pabrikan lain mulai menampakkan peningkatan performa cukup baik, seperti Suzuki lewat Andrea Iannone yang sudah mampu bersaing untuk podium atau seperti Yamaha Tech 3 lewat pembalap rookie Johan Zarco yang sempat memimpin hampir 2 detik di depan nama-nama besar seperti Marquez dan Valentino Rossi.
Iannone dan Zarco pada akhirnya memang berakhir di gravel tapi pamer aksi mereka seharusnya menjadi tamparan keras bagi kubu Honda, apalagi saat Aleix Espargaro dengan Aprilia RS-GP-nya mampu beberapa kali melewati Pedrosa.
Jika Honda tidak kunjung berbenah dan keluar dari tekanan, bukan tidak mungkin dalam kurun waktu 2-5 tahun ke depan kita akan menyaksikan Marc Marquez dengan balutan livery biru Suzuki atau Dani Pedrosa yang me-merah dengan Ducati.
---
Penulis adalah penggemar MotoGP, sehari-hari bekerja sebagai Product Manager pada salah satu perusahaan digital agency di Jakarta. Beredar di dunia maya dengan akun Twitter @softopie
(krs/fem)