Wawancara Taufik Hidayat soal Perseteruan Kevin Sanjaya-Herry IP

Wawancara Taufik Hidayat soal Perseteruan Kevin Sanjaya-Herry IP

Mercy Raya - Sport
Kamis, 29 Sep 2022 18:33 WIB
Taufik Hidayat bermain bulutangkis dalam Walikota Cup Sukabumi 2022
Taufik Hidayat blak-blakan mengenai masalah Kevin Sanjaya dengan Herry IP. (Foto: Istimewa)
Jakarta -

Perseteruan Kevin Sanjaya Sukamuljo dengan Herry Iman Pierngadi, pelatih ganda putra, membuka peluang salah satu pihak keluar dari Pelatnas PBSI.

Legenda bulutangkis Taufik Hidayat, yang juga eks pengurus PBSI, berharap hal tersebut tak terjadi. Hal itu disampaikannya di sela-sela memberikan pandangannya terkait konflik antara atlet dan pelatih yang belakangan menyita perhatian publik.

Seperti apa pandangannya, berikut wawancara detikSport dengan dua media lainnya saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (29/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikSport: Bagaimana pandangan Anda terkait Kevin Sanjaya yang berbicara secara blak-blakan soal pelatihnya, Herry IP?

Taufik Hidayat : Itu masalah mereka lah. Seperti yang kemarin saya baca (wawancara) Sigit Pamungkas karena menyebut nama saya. Itu kasusnya berbeda. Dalam arti, saya sendiri, ganda berdua. Ganda itu risiko lebih tinggi daripada tunggal. Sekali mereka tak akur, cerai kan. Jika tunggal sendiri, tak ada yang lain.

ADVERTISEMENT

Nah, tinggal bagaimana cara pelatih karena memang tak gampang, melatih itu kan harus tahu, menangani satu-satu. Oh, ini karakternya begini, penanganannya harus begini. Jadi pelatih yang bagus tak hanya bagus di lapangan, tapi harus tahu karakter si anak. Penangananya juga beda. Atletnya juga harus tahu, harus menyesuaikan juga. Jadi itu lebih ke komunikasi, saya rasa kalau program hampir sama.

detikSport : Jadi memendam secara bertahun-tahun itu tidak bagus?

Taufik Hidayat : Ya, seharusnya bicara saja. Mungkin kalau ngomongin (pengalaman) saya dulu, yang namanya Pak Mulyo (Handoyo) itu di lapangan pelatih, di luar itu teman, kakak, orang tua.

Misalnya, saya besok latihan pagi, tapi kurang tidur, dan semalam habis pergi, ya bicara saja. Saya ada masalah ini, itu kalau saya ya, kalau yang lain tidak tahu. Kan kadang ada orang terbuka, kadang enggak. Beda-beda kasusnya. Nah,ini diomongin saja juga baik-baik.

Seperti saya dulu, saya sudah ke Singapura. Balik lagi ke sini (Indonesia) sebelum Olimpiade. Di situ, Pak Mulyo cuma bilang, balik lagi ke sini, lalu saya minta Pak Mulyo juga balik lagi ke sini. Baru kembali ke Indonesia, padahal Pak Mulyo masih ada kontrak di Singapura.

Akhirnya Pak Mulyo bilang ke saya begini, 'Masih mau latihan? Mau komitmen dengan program? Ya, sudah kita jalani sama-sama. Kamu mau ikuti risikonya. Ya, sudah balik lagi ke komitmen.

Karena memang tidak gampang. Atlet itu seperti seniman, pelatih pun sama. Susah-susah gampang. Jadi pelatih tak hanya melatih di lapangan saja, tapi harus tahu karakter anak-anaknya dari sekian banyak ganda putra. Tidak bisa disamaratakan juga.

(Kasus) ini juga sama. Tinggal komunikasi saja, apalagi ini mau olimpiade. Jika masih mau komitmen ya sudah, harus bareng-bareng karena tahun depan sudah perhitungan poin dari April. Sayang begitu lo.

detikSport : Apakah perlu seorang pemain meminta pelatih tertentu?

Taufik Hidayat: Tergantung casenya. Tapi kalau misalnya, baru masuk minta pelatih ini, ya. Kalau misalkan Kevin/Gideon minta pelatih, jika komitmen dari awal sampai akhir, ya sudah. Kalau di tengah jalan terjadi apa-apa, ya harus komitmen juga dong.

Jangan sampai ini rusak di tengah jalan. Kamu punya potensi dan prestasi, dirusak sama hal-hal yang nothing, apalagi mereka sudah dewasa dan tahu apa yang harus dilakukan.

Itu ada Binpres, pengurus, ya duduk bersama. Maunya seperti apa. Saat bertemu itu harus jujur juga. Apa yang menjadi kekuarangan dan kelebihan masing-masing. Karena kalau terus-terusan seperti ini yang rugi pemain lagi. Kalau pelatih jika tidak ada pemain, ya besok bisa ciptakan lagi.

Pemainnya tadi mau apa? Ada batas usia, umur berapa sih selesai. Jadi harus ada solusi. Enggak bisa saling serang di media seperti ini. Kalau dilihat pelatih ada bagusnya juga, pemain ada bagusnya juga berani ngomong seperti ini.

Tapi masalahnya jadi besar karena sosial media. Seharusnya di dalam saja. Kita mau menjelekkan pemain tidak bisa, menjelekkan pelatih juga tidak bisa. Lalu Kevin katanya dari dulu, bilang dari 2016. Kenapa saat lagi di atas, enggak bicara? Sekarang agak turun, baru bicara.

Jadi ya duduk bareng, saling komitmen, dan keluarkan uneg-uneg dan saling legawa. Oke saya jeleknya di sini. Intinya kerja sama baik pengurus, pelatih, dan pemain.

detikSport: Ini berarti keteledoran pengurus juga karena tak mengendus adanya perseteruan ini?

Taufik Hidayat : Ya, tidak mau jujur pada diri sendiri seperti itu. Bukan pengurus saja, pelatih, pemain, seharusnya bicara saja.

Iya, (PBSI) harus jadi penengah karena nanti akan rugi sama-sama juga. Orang di luar tak mengerti ada yang menyerang pemain, pelatihnya, pengurusnya. Tidak akan ada habisnya.

Apalagi ganda, susah lo. Untuk menyatukan sama partnernya. Misalnya, Kevin yang bicara terus, apakah Gideon nyaman? Di dalam situ setiap hari ketemu, kucing-kucingan apa enak?

Apalagi secara mental kan Kevin/Marcus terutama, harus mengembalikan mental, harus mengembalikan cepat. Sekarang sedang turun, jangan sampai turun banget. Untuk mengembalikan kepercayaan sama psikis itu kan lebih susah. Kalau latihan fisik, kan tambah saja.

Kalau dibilang men-treat anak baru, anak lama, enggak punya prestasi dengan punya prestasi beda- beda, iya. Jadi pelatih harus jeli banget, apalagi yang jadi juara lebih sensitif. Kedua atlet harus lebih tahu diri juga, bagaimana pun pelatih ini berjasa juga dan butuh juga. Kita juga tak bisa berdiri sendiri.

Saya juga tak menyarankan latihan profesional semua di luar, karena di dalam (Pelatnas) fasilitas ada semua. Enggak gampang latihan di luar karena komitmen kita harus lebih kuat. Kalau di dalam ada jamnya di latihan, bareng-bareng. Lebih enak-lah.

Kalau di luar, satu manajemen harus kuat, lalu latihan seharusnya pukul 08.00 WIB misalnya, entar deh pukul 08.15 WIB. Itu saja sudah salah. Jadi berlatih di dalam Pelatnas sudah paling nyaman. Tinggal ini diomongin saja. Selesai harusnya.

detikSport : Apa yang membuat beda atlet zaman dulu dengan sekarang. Sebab, atlet sekarang seperti mudah membuka kejelekkan pelatih?

Taufik Hidayat: Beda-beda lah karakter orang. Tapi tak bisa menyalahkan pemain juga. Sudah yang paling benar duduk bareng. Itu saja.

Kalau saling menyalahkan, dua-duanya pasti punya salah. Enggak akan ketemu, yang rugi siapa? Atletnya lagi. Percaya deh yang rugi atlet, nama jelek bulutangkis. Memang masyarakat, netizen bisa apa? Cuma komen, kipas-kipas.

detikSport : Apakah bagus jika pengurus hanya diam ketika konflik sudah kadung viral?

Taufik Hidayat: Kita enggak tahu kan apakah mereka diam saja atau enggak komunikasi? Di dalam apa sudah ada komunikasi, saya harap mereka cepat menyelesaikan, karena enggak bagus juga berlarut-larut.

Sebab ke depan banyak pertandingan. Yang disayangkan, 2024 ada olimpiade, itu yang utama. Untuk persiapan ke sana kan butuh waktu yang panjang. Apalagi ini double. Kalau sampai mereka cerai, bisa berabe kan. Untuk angkat kan berarti poin harus dari nol lagi kan, mengulang lagi.

Ya sudah lah, duduk bareng, saling legawa apa kesalahannya. Kalau saling salah-salahan, pasti keduanya merasa benar. Tapi pasti keduanya juga punya kesalahan, entah pelatih atau pemain punya ego masing-masing.

detikSport : Apakah Anda kaget mendengar berita ini dan menjadi viral?

Taufik Hidayat: Biasa saja, menyayangkan saja. Tapi yang kaget kenapa Kevin enggak bicara sebelum-sebelumnya. Bicara saja. Kalau orang lihat sekarang, pasti ada pro kontra, saat dia di atas kenapa enggak bicara? Kenapa sekarang saat lagi turun baru bicara, sementara kata Kevin masalahnya sudah lama banget.

Lalu Herry IP kenapa juga enggak menyelesaikan dari dulu-dulu. Apakah mungkin pas masalahnya dibilang saat Indoneisa Open kenapa enggak dipanggil?

Kita lihat-lah sekarang gampang banget, jadi jangan kebawa provokasi dengan sosial media. Padahal ngomongnya apa, tulisan apa, ada yang gosok tambah kencang. Jangan main sosmed-lah, tapi kalau sudah siap dengan risikonya, ya silakan aja.


Hide Ads