Sang Maestro, Si Metronome, Andrea Pirlo

Sang Maestro, Si Metronome, Andrea Pirlo

Andi Abdullah Sururi, Doni Wahyudi - Sepakbola
Selasa, 07 Nov 2017 14:40 WIB
Sang Maestro, Si Metronome, Andrea Pirlo
Foto: Getty Images

Di tahun 1998, saat umurnya menginjak 19, bakat Pirlo membuat terkesan pelatih Inter saat itu, Mircea Lucescu. Ia pun digaet klub kaya kota Milan tersebut, dan itu membuat mimpinya jadi kenyataan.

"Waktu kecil aku fans Inter. Maka aku sungguh beruntung bisa dapat kesempatan bermain dengan mereka di awal karierku, dan mencapai mimpiku. Mimpiku itu adalah selalu bermain untuk Nerazzurri, dan meraih karier yang sukses dengan mereka," ungkap Pirlo.

Sayang, karier pria setinggi 177 cm itu di Inter malah tak menonjol. Ia gagal menembus skuat inti sehingga sempat dipinjamkan ke Reggina dan Brescia. Uniknya, di kedua klub tersebut ia malah bermain bagus dan selalu menjadi andalan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski kariernya di Inter tak cemerlang, tapi Pirlo pun merasakan terwujudnya mimpi dia yang lain, yaitu bermain bersama idolanya, Roberto Baggio, yang pernah berseragam La Beneamata pada 1998-2000.

"Roberto Baggio akan selalu jadi idolaku selamanya. Aku selalu berharap suatu hari bisa menjadi seperti dia. Punya kesempatan bermain bareng dia di Inter adalah sesuatu yang takkan pernah kulupakan."

Di tahun 2001 Inter akhirnya melepas Pirlo, melegonya ke klub tetangga mereka, AC Milan, dan mereka mendapatkan uang, Cristian Brocchi dan Andres Guglielminpietro.

Presiden Inter Massimo Moratti bertahun-tahun kemudian menyadari bahwa keputusannya menjual Pirlo adalah sebuah kesalahan besar. Ia sampai menyebutnya sebagai sebuah penyesalan yang luar biasa, karena kelak Pirlo menjadi sangat hebat.

"Penyesalan terbesar dalam karier saya sebagai presiden Inter adalah menjual Pirlo ke Milan. Adalah keputusan saya yang melepas dia, dan itu jelas-jelas sebuah kesalahan besar," ungkap Moratti.

Hide Ads