Masukkan kata pencarian minimal 3 karakter
Searching.. Please Wait
    Umpan Silang

    Masalah Klasik Liverpool: Sulit Tembus 'Parkir Bus'

    Isal Mawardi - detikSport
    Masalah Klasik Liverpool: Sulit Tembus Parkir Bus. (Foto: Getty Images/Clive Brunskill) Masalah Klasik Liverpool: Sulit Tembus 'Parkir Bus'. (Foto: Getty Images/Clive Brunskill)
    Jakarta -

    Masalah. Masalah. Masalah.

    Tidak cukup rasanya menyebut 3 kali untuk membuktikan banyaknya masalah di tubuh Liverpool musim ini. Semua tentu menyoroti badai cedera yang silih berganti dialami pemain The Reds, secara khusus para pemain belakang.

    Namun pertandingan melawan West Brom pada 27 Desember lalu mengingatkan kita akan adanya masalah yang berlarut-larut belum bisa diselesaikan oleh Liverpool sejak dulu. Meski pelatih hingga pemain datang dan pergi, masalah klasik ini belum juga tertuntaskan. The Reds kesulitan membongkar tim yang bermain dengan pertahanan blok rendah (deep block defense).

    Blok rendah adalah sebuah strategi dengan menumpuk para pemainnya di area depan gawang. Taktik ini digunakan agar pemain lawan sulit menembus ke kotak penalti serta memastikan gawang tetap perawan. Simpel kata, blok rendah sering kita dengar dengan istilah parkir bus.

    Pada pertandingan Liverpool vs West Brom, Sam Allardyce, pelatih West Brom, menggunakan formasi 4-5-1 yang juga bertranformasi jadi 6-4-0. Pria berusia 66 tahun itu, menginstruksikan para pemainnya untuk 'parkir bus'. 4 bek West Brom kokoh berada beberapa langkah di depan gawang. Sementara lini tengah The Baggies, julukan West Brom, berdiri rapat di depan pemain bertahan.

    Hasilnya luar biasa, Liverpool kesulitan mengembangkan permainan. Pemain-pemain The Reds berulang kali mengalirkan bola dari zona kiri ke kanan atau sebaliknya, tanpa bisa menembus jantung pertahanan West Brom. Meski berulang kali Firmino, Salah, dan Mane menjemput bola, tetap saja bola pada akhirnya dioper ke sisi sayap ataupun dialirkan ke belakang.

    Liverpool memang lebih agresif pada pertandingan itu. Juara bertahan Liga Inggris itu menguasai ball possession dengan 78,1% dibanding West Brom yang hanya 21,9%. Liverpool juga memproduksi 17 tembakan sedangkan The Baggies hanya punya 5 shot. Jumlah operan Jordan Henderson dkk lebih gila lagi, 816 dibanding 233 operan milik West Brom.

    Sayangnya dalamsepak bola, tim yang menjadi juara tidak ditentukan sebarapa menyerang klub Anda, namun seberapa banyak klub Anda memenangkan pertandingan.

    Perlu diketahui, dari 17 tembakan yang dilesatkan Liverpool, 53% ditendang dari luar kotak penalti. Ini menunjukkan Liverpool kesulitan menembus 'parkir bus' atau pertahanan blok rendah dari West Brom.

    LIVERPOOL, ENGLAND - DECEMBER 27: Mohamed Salah of Liverpool is challenged by Conor Gallagher of West Bromwich Albion during the Premier League match between Liverpool and West Bromwich Albion at Anfield on December 27, 2020 in Liverpool, England. A limited number of fans (2000) are welcomed back to stadiums to watch elite football across England. This was following easing of restrictions on spectators in tiers one and two areas only. (Photo by Clive Brunskill/Getty Images)Liverpool saat kesulitan menghadapi 'parkir bus' West Bromwich Albion. Foto: (Getty Images/Clive Brunskill)



    ===

    Michael Cox, dalam esainya, menuliskan blok rendah sering kali digunakan oleh klub underdog atau tim yang tidak diunggulkan memenangkan pertandingan. Banyak yang mengkritik strategi 'parkir bus' ini karena tidak sesuai kaidah keindahan sepakbola.

    Blok rendah inilah yang menjadi masalah klasik bagi Liverpool. Jose Mourinho sempat menyoroti hal ini ketika The Reds gagal membongkar blok rendah yang diterapkan Mancher United pada Februari 2019 lalu.

    "Mereka (Liverpool) memiliki rekor fantastis dari semua kemenangan ini, tetapi mereka memiliki beberapa keterbatasan melawan tim dengan blok rendah. Jurgen (Klopp) jelas merasa sedikit frustrasi, mereka adalah tim yang fantastis, tetapi di Old Trafford, tempat spesial bagi Liverpool untuk menang, dia tidak pernah melakukannya," kata Mourinho kepada Sky Sports, pada saat itu.

    Ketidakmampuan Liverpool merobohkan blok rendah lawan tak lain karena Liverpool tak mempunyai gelandang kreatif. Kepergian Coutinho dan Lallana praktis lini tengah Liverpool diisi oleh gelandang tipe pekerja keras.

    BARCELONA, SPAIN - DECEMBER 13: Philippe Coutinho of FC Barcelona looks on during the La Liga Santader match between FC Barcelona and Levante UD at Camp Nou on December 13, 2020 in Barcelona, Spain. (Photo by David Ramos/Getty Images)Philippe Coutinho berseragam Barcelona. Foto: Getty Images/David Ramos

    "Ketika mereka (pemain Liverpool) masuk ke sepertiga zona lawan, mereka tidak cerdik (membongkar blok rendah), mereka tipe pemain pekerja keras, tetapi tidak ada orang yang bisa memberikan umpan manis," ucap pundit Sky Sports, Graeme Souness.

    Dalam beberapa kesempatan, blok rendah mampu menguburkan mimpi Liverpool menjuarai Liga Inggris. Pada musim 2008/2009, Liverpool mampu memenangkan pertandingan melawan tim-tim yang di atas kertas jauh lebih diunggulkan. Bahkan, The Reds meraih 12 poin dari Manchester United dan Chelsea.

    Namun, Liverpool gagal memenangkan pertandingan melawan klub semenjana seperti West Ham, Aston Villa, Fulham, dan Stoke yang memakai strategi 'parkir bus'

    "Kami selalu bermain bagus melawan tim yang lebih besar, tapi kami selalu berjuang (keras) melawan Fulham di kandang atau West Brom di kandang," ujar kapten Liverpool kala itu, Steven Gerrard.

    Keangkeran pertahanan blok rendah ini juga terjadi pada musim 2013/2014 yang berakhir tragis bagi Liverpool. Jika mampu mengalahkan Chelsea, peluang Liverpool juara amat sangat terbuka lebar. Sayangnya Chelsea datang ke Anfield dengan blok rendah. Hantu klasik bagi Liverpool.

    Gerrard dan kawan-kawan tak bisa membongkar sama sekali blok rendah Chelsea dan harus menelan pil pahit kekalahan 0-2. Trofi Liga Inggris pun melayang ke tangan Manchester City.

    Lantas bagaimana merobohkan blok rendah?

    Michael Cox menyebut solusi memungkinkan untuk bisa memecah kebuntuan adalah situasi tendangan bebas maupun sepak pojok.

    "Bola mati bisa menjadi sangat penting dalam membuat terobosan (mendobrak blok rendah)," tulis Cox di ESPNcom.

    Saat situasi bola mati, beberapa pemain (tim yang sedang menyerang) akan menumpuk di kotak penalti. Bila bola dikirim ke kotak pinalti, maka situasinya 50:50. Bola akan bergulir liar dan bisa dimanfaatkan untuk memecah kebuntuan.

    Lalu, perpindahan posisi atau yang biasa disebut switch position juga bisa diandalkan dengan syarat: blok rendah lawan menerapkan man marking.

    Saat menyerang, 3 penyerang Liverpool (Firmino-Salah-Mane) akan menumpuk di depan kotak pinalti. Untuk mengecoh lawan, Firmino biasanya turun untuk meminta bola, sementara bek lawan akan mengikuti Firmino agar penyerang asal Brazil itu tak leluasa mengolah si kulit bundar.

    Lalu gelandang tengah The Reds, Wijnaldum akan maju ke kotak penalti menggantikan posisi Firmino. Di sini, bek yang menjaga Firmino, akan dilema. Apakah harus menjaga Firmino atau menjaga Wijnaldum. Mane dan Salah juga rutin bergantian turun untuk mengecoh bek lawan.

    Cara ini sebetulnya sudah lazim dilakukan Liverpool. Tapi bila lawan menerapkan pertahanan blok rendah dengan zona marking, maka cara itu tak ampuh dilakukan. Karena, bek lawan tak akan mengikuti penyerang yang turun menjemput bola. Sehingga zona penalti tetap aman dijaga rapat oleh barisan bek.

    Solusinya dibutuhkan kehadiran gelandang tengah kreatif semacam Coutinho. Inilah yang tak dipunyai Liverpool saat ini. Wijnaldum, Jones, Henderson, Milner, Chamberlain adalah gelandang kaku khas Inggris banget. Menggocek lawan dan mengirimkan umpan-umpan manja ke para striker bukan lah tipe kelima pemain itu.

    Sementara Thiago dan Keita terkadang bermasalah dengan kebugaran. Ada juga Fabinho yang sedang diplot sebagai bek tengah.

    Merobohkan blok rendah masih menjadi PR panjang Liverpool. The Reds wajib bisa menemukan formula khusus ketika menghadapi tim yang memeragakan 'parkir bus'. Entah mengubah formasi atau membeli gelandang kreatif kudu dipikir baik-baik oleh Klopp dan staf-stafnya. Jika tidak, harganya sungguh mahal. Hilangnya gelar juara.

    ***

    Isal Mawardi
    Penikmat liga Inggris yang bisa disapa di Twitter dengan akun @isalomonkalou

    (isa/krs)
    Kontak Informasi Detikcom
    Redaksi: redaksi[at]detik.com
    Media Partner: promosi[at]detik.com
    Iklan: sales[at]detik.com
    More About the Game