Jakarta -
detikSport berkesempatan melakukan wawancara eksklusif dengan Shin Tae-yong, pelatih timnas Indonesia. Ada sejumlah hal yang terkuak, termasuk kisah masa lalu yang STY pun baru sekarang tahu.
Cerita bertahun-tahun lalu itu, yang baru kini bikin Shin Tae-yong ngeh, adalah ketika ia satu lapangan berhadapan dengan Bima Sakti. Seperti diketahui, Bima Sakti kini menjadi koleganya.
Seperti Bima Sakti yang mantan pemain kondang di Indonesia, dan pada masanya menjadi salah satu pilar Skuad Garuda, Shin Tae-yong pun punya karier mentereng semasa masih aktif bermain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Simak langsung wawancara detikSport dengan Shin Tae-yong berikut ini:
detikSport (d): Anda pernah dua kali menghadapi Indonesia di level timnas. Anda pernah mencetak 2 gol ke gawang Indonesia pada 1991 sebelum Olimpiade? Lalu jumpa Timnas Indonesia di Piala Asia 1996. Masih ingat?
Shin Tae-yong (STY): Saya sangat ingat, memang kami tim Olimpiade main di Masan Stadium, Korea, menghadapi Timnas Indonesia. Saat itu uji coba pertama buat Korea, saat itu kami menggunakan 3 bek untuk pertama kalinya. Kebetulan saya main sebagai bek sayap dan mencetak dua gol, saya masih ingat betul.
d: Di Piala Asia 1996 anda menghadapi Indonesia yang diperkuat Bima Sakti. Apakah anda dan Bima Sakti pernah berbincang untuk mengenang momen itu setelah kini sama-sama di tim pelatih Timnas Indonesia?
 Shin Tae-yong dan Bima Sakti. (tangkapan layar video dokumentasi Xports Sports Channel) |
STY: Coach Bima tak pernah bicara soal ini. Saya ingat melawan Timnas Indonesia tapi tak ingat pemain (Timnas Indonesia) siapa saja yang bermain.
d: Jadi baru tahu hari ini (pernah berhadapan dengan Bima Sakti)?
STY: Ya baru tahu hari ini
d: Di level klub Anda juga pernah menghadapi Pelita Jaya, Persib, dan Persik. Bahkan Anda ikut mencetak gol ke gawang Persib di Stadion Siliwangi pada 1995 dan kembali mencetak gol saat Seongnam mengalahkan Persik 15-0 (rekor Liga Champions Asia) pada 2003. Bisa diceritakan?
STY: Saya ingat ikut mencetak gol ke gawang Persik, saat itu Seongnam mencetak banyak gol (15 gol ke gawang Persik). Saat itu sepakbola Indonesia memang masih di bawah, sekarang sudah banyak perubahan. Itu masa lalu dan menjadi kenangan saja buat saya.
d: Bulan Mei lalu Anda memimpin latihan Timnas Indonesia di Stadion Sidolig, Bandung. Saat di perjalanan di Bandung, apakah Anda teringat memori bermain di Bandung? Apalagi Stadion Sidolik dekat dengan Stadion Siliwangi, tempat anda bermain melawan Persib pada 1995?
STY: Sama sekali tidak ingat. Yang saya ingat hanya perjalanan tim kami dari Jakarta ke Bandung, itu sangat macet sekali.
d: Anda beberapa kali mendapat penghargaan pemain muda K-League terbaik hingga pemain terbaik K League. Pernah juga menjadi pemain paling banyak assist di K-League. Tapi kenapa jarang dipanggil ke Timnas Korea?
STY: Selama di K-League saya memang punya rekor yang bagus, tetapi jarang dipanggil Timnas Korea karena saya kurang percaya diri. Saat itu Korea lebih banyak mengandalkan pemain senior, jadi saya tidak percaya diri. Pada akhirnya saya cuma mencatat 30 caps bersama Timnas Korea. Mungkin kalau punya kesempatan terlahir kembali, saya mau main dengan percaya diri di Timnas Korea.
 Pose pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong di sela wawancara dengan detikSport. Foto: Andhika Prasetia/detikcom |
d: Anda bisa mendapat status One-club Man di Seongnam, tapi gagal karena pindah ke Queesland Roar pada 2005, kenapa?
STY: Memang saya bisa menjadi One-club Man di Seongnam karena 13 tahun main di sana. Tetapi dari pihak klub mengatakan gaji saya terlalu tinggi. Sehingga akhirnya saya tinggalkan dan kemudian memilih Australia karena ada dua anak yang masih kecil, sekalian ingin memberikan pendidikan yang terbaik (di Australia). Jadi pindah ke Australia.
Shin Tae-yong lantas bicara mengenai Liga Korea yang konsisten memproduksi para pemain jempolan, untuk kemudian jadi andalan timnas Negeri Ginseng yang terus unjuk gigi sebagai kekuatan Asia di pentas Piala Dunia.
Situasi itu tentu butuh proses, tapi cukup layak ditiru Indonesia guna menciptakan kultur kesuksesan serupa. Simak di halaman selanjutnya!
d: Dengan background Anda sebagai pemain yang lama di K League dan kini menjadi Pelatih Timnas Indonesia, ada masukan buat sepakbola Indonesia khususnya Liga 1 dan Liga 2 dari pengalaman anda yang lama bermain di K League?
STY: Menurut saya untuk mengembangkan sepakbola Indonesia harus dimulai dari liga yang kuat. Kalau liga lemah, menerapkan standarisasi yang terbaik di Timnas Indonesia tidak akan berhasil. Jadi orang yang kerja di liga (PT Liga Indonesia Baru) harus bekerja lebih, harus membuat visi yang baik.
Saya menonton pertandingan Liga 1 dan Liga 2, memang banyak kekurangannya, seperti porsi latihan dan porsi latihan fisiknya kurang. Untuk membuat liga yang kuat, fisik (pemain) harus kuat dan tempo pertandingan harus lebih cepat. Apalagi Timnas Indonesia main internasional, maka harus mengikuti tempo pertandingan internasional.
Tempo itu yang sulit diikuti pemain-pemain Timnas Indonesia. Jadi kalau kami tanyakan kepada pemain U-20 dan senior, pasti mereka akan mengatakan kelelahan (latihan di Timnas Indonesia asuhan Shin Tae-yong) untuk mengikuti kecepatan atau tempo pertandingan. Jangan anggap ini teguran, jadi dari pihak liga (PT LIB) juga harus mengembangkan sepakbola Indonesia. Jadi baru bisa membuat liga kuat, sehingga Timnas Indonesia menjadi kuat, termasuk membuat sepakbola Indonesia juga menjadi lebih kuat.
d: Struktur piramida K League baru ada setelah tahun 2010. Klubnya pun sedikit, di K League 1 dan K League 2 klubnya cuma berkisar 10-12 tim. Meski begitu, K League bisa mencetak pemain bagus sehingga Korea tak pernah absen tampil ke Piala Dunia. Bagaimana bisa begitu?
STY: Di Liga 2 Korea musim lalu memang baru ada 10 tim, tetapi tahun ini ada tim baru namanya Gimpo FC sehingga sekarang ada 11 tim. Jadi di Korea ini sistem usia dini sangat baik, sudah ada pembinaan pemain 10-15 tahun dikembangkan dengan baik.
Tidak banyak perbedaan kualitas antara Liga 1 dan Liga 2 Korea. Jadi otomatis Timnas Korea menjadi kuat, sehingga bisa selalu lolos ke Piala Dunia. Korea bisa lolos ke Piala Dunia bukan cuma karena memang jago bermain sepakbola, tapi itu semua ada prosesnya dari awal.
Begitu datang ke Indonesia, saya melihat ada banyak orang yang berharap untuk membawa Timnas Indonesia berprestasi. Tetapi saya tidak bisa langsung memberikan prestasi. Indonesia harus membangun sistem pembinaan usia dini yang baik untuk perkembangan sepakbola Indonesia. Kalau sudah begitu baru tak akan ada perbedaan kualitas sepakbola Indonesia dan Korea.
 Pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong menjawab pertanyaan detikSport dalam wawancara eksklusif. Foto: Andhika Prasetia/detikcom |
Menyinggung lagi soal masa lalu, Shin Tae-yong mengisahkan awalnya menerima tawaran melatih timnas Indonesia. Lanjut ke masa kini, ia pun mengakui masih ada tantangan yang mesti ia hadapi.
Namun, Shin Tae-yong juga datang dengan misi. Ia punya tekad menjawab tantangan. Apalagi ia pun punya bidikan bersama timnas Indonesia di masa depan. Simak di halaman berikutnya!
d: Flashback ke saat anda mendapatkan tawaran dari PSSI, bagaimana bayangan anda saat itu tentang sepakbola Indonesia?
STY: Ketika saya menerima tawaran dari PSSI, waktu itu memang Timnas Indonesia baru lima kali lima kali kalah beruntun di Kualifikasi Piala Dunia 2022. Saat itu saya datang langsung ke Malaysia bertemu PSSI, sekalian menonton langsung pertandingan Malaysia melawan Timnas Indonesia di Kuala Lumpur. Saat itu saya melihat Timnas Indonesia tak lebih baik dari yang sudah saya dengar sebelumnya. Tetapi saya ingat sepakbola Indonesia sempat bagus, jadi dengan membayangkan itu saya mau membangunnya menjadi lebih baik (lalu menerima tawaran PSSI).
d: Kini sudah 2 tahun di Indonesia, kalau bicara progress seberapa puas anda dengan Timnas Indonesia saat ini?
STY: Jadi untuk memperkuat Timnas Indonesia memang tak bisa instan. Timnas itu memang seharusnya memanggil pemain terbaik dari liga. Kemudian langsung fokus ke pertandingan, bukan meningkatkan kemampuan pemain Timnas Indonesia.
Jujur, di Timnas Indonesia saya tak punya banyak waktu untuk mengembangkan kemampuan individu pemain. Makanya harus dikuatkan sistem pembinaan usia dini. Dan liga juga harus kuat, performa liga harus naik. Baru sepakbola Indonesia bisa berkembang. Jadi harus ada usaha untuk pembinaan usia dini dari tim yang ada di liga. Jadi bagaimanapun caranya mengembangkan Timnas Indonesia, saya tidak bisa terus-menerus membawa pemainnya kemanapun. Karena akan selalu ada rotasi dari senior, U-23, dan U-20.
Jadi kami seharusnya hanya fokus ke pertandingan, bukan mengembangkan kemampuan pemain. Itu yang menjadi keterbatasan, saya sangat berterima kasih kalau orang-orang di liga mau mengembangkan sepakbola Indonesia.
 Lewat penerjemahnya, Shin Tae-yong mengisahkan sejumlah hal dalam obrolan eksklusif yang santai dengan detikSport. Foto: Andhika Prasetia/detikcom |
d: Soal striker, anda sering melakukan rotasi. Terkini Stefano Lilipaly ikut dicoba (di Kualifikasi Piala Asia 2023). Dan akhirnya pilihan striker sepertinya dijatuhkan ke Dimas Drajad. Anda sudah menemukan sosok striker ideal dari seorang Dimas Drajad?
STY: Memang di Liga Indonesia untuk posisi stopper dan striker itu hampir semua diisi pemain asing. Jadi untuk pemain lokal memang tidak begitu menonjol. Sehingga di Timnas Indonesia akhirnya saya pilih bermain tanpa striker. Memang kali ini Dimas melakukan performa yang baik. Tapi masih ada kekurangan-kekurangan, termasuk Dimas. Pemain harus mendapat saran dan teguran-teguran untuk meningkatkan lagi apa yang kurang. Kalau begitu pemain juga akan menjadi baik dan akan muncul striker yang baik.
d: Pemain naturalisasi Jordi Amat dan Sandy Walsh akan main buat Timnas Indonesia. Bagaimana nasib Asnawi Mangkualam dan bek lokal? Apakah kedua pemain naturalisasi itu akan mendapat jaminan bermain?
STY: Timnas itu tempat persaingan. Jadi bukan soal siapa yang datang, maka dia yang akan terus bermain. Jadi pemain Timnas Indonesia itu akan terus berbeda. Siapa yang performanya bagus dan kondisinya baik maka dia yang main. Jadi 1 persen pun tak ada pikiran seperti itu (menjamin tempat pemain naturalisasi).
d: PSSI punya rencana menjadi tuan rumah Piala Asia 2023. Menurut Anda lebih baik Piala Asia di Indonesia atau di luar negeri saja?
STY: Kalau menurut saya Indonesia harus menjadi tuan rumah. Piala Asia turnamen mayor, harus menjadi tuan rumah. Dengan menjadi host diharapkan infrastrukturnya menjadi lebih baik juga, usia dini juga pasti menjadi berkembang karena perbaikan infrastruktur ini.
Simak video wawancaranya berikut ini:
[Gambas:Video 20detik]