Manchester United memulai kompetisi 2021/2022 dengan kepala tegak. MU kedatangan tiga pemain top yakni Jadon Sancho, Raphael Varane, dan Cristiano Ronaldo.
Rasa-rasanya, musim ini bisa dijadikan momen buka puasa gelar. Mengingat, terakhir kali MU juara Liga Inggris adalah di tahun 2013 silam pada era akhir Sir Alex Ferguson.
Kekalahan terakhir tidak main-main. Pada Minggu (24/10) malam WIB, MU dihabisi sang rival abadi Liverpool di kandang sendiri.
0-4 Di babak pertama dan 0-1 di babak kedua. MU nelangsa kalah 0-5 tanpa ampun!
Di ajang Liga Champions, Manchester United masih bisa bernafas sedikit lebih lega. Setan Merah meraih dua kemenangan dan sekali seri, untuk sementara memuncaki Grup F dengan enam poin.
Tapi, MU tak bisa santai lama-lama, karena cuma selisih dua poin dari Villarreal dan Atalanta di bawahnya, serta beda tiga poin dari Young Boys.
Oh iya, MU juga sudah tersingkir dari ajang Carabao Cup alias Piala Liga Inggris setelah dikalahkan West Ham United di akhir September kemarin pada babak ketiga.
Mari kita kupas satu per satu. Pertama, masalah Manchester United akhir-akhir ini adalah bobroknya lini pertahanan!
Dilansir dari Sky Sports, Manchester United sejauh ini di Liga Inggris cuma baru mencatatkan sekali clean sheets, kebobolan 15 kali, menghadapi 43 tembakan ke arah gawang, cuma 104 kali melakukan tekel, dan delapan kali blunder di lini belakang yang berujung kebobolan!
Hingga kini, selisih gol MU di klasemen cuma +1 (16 bikin gol 15 kali kebobolan). MU jauh tertinggal dari Chelsea (+22), Liverpool (+21), dan Manchester City (+20).
 David De Gea jadi bulan-bulanan striker lawan (Getty Images/Shaun Botterill) |
|
Manchester United terlihat tidak kuat di belakang. Bandingkan dengan tiga tim teratas yakni Chelsea, Liverpool, dan Manchester City yang baru kebobolan tiga, enam, dan empat gol saja.
Masalah pertahanan memang jadi benalu Setan Merah sejak beberapa musim terakhir. Kedatangan Raphael Varane tidak bisa berbuat banyak, karena sang pemain cedera di awal bulan Oktober ini ketika jeda internasional.
 Varane malang nasibnya (AP/Miguel Medina) |
Lini belakang Manchester United belum terlihat tangguh walau duet Harry Maguire dan Victor Lindelof sudah saling kenal satu sama lain. Malah khusus Harry Maguire, dirinya lagi dihantam kabar buruk!
Media-media Inggris melansir, kalau para pemain MU tidak suka dengan Maguire yang masih menjabat sebagai ban kapten (baca di sini selengkapnya). Bahkan kabar itu, diketahui adalah hasil diskusi Solskjaer dengan para pemain.
Maguire dinilai kerap bikin blunder dan tidak bisa jadi sosok pemimpin di lapangan. Maka ada wacana, akankah Solskjaer mencopot ban kapten dari Maguire dan memberikannya kepada pemain lain?
(Halaman selanjutnya, Cristiano Ronaldo 'menghilang')
Cristiano Ronaldo jadi sorotan besar di bursa transfer kemarin. Dirinya memutuskan pulang kampung, kembali ke Manchester United!
Ronaldo kembali pulang ke Old Trafford yang dulu pernah bermain pada periode 2003-2009. MU membelinya dari Juventus, dengan harga 15 juta Euro atau setara Rp 245 miliar.
Walau harga Ronaldo murah, karena usianya sudah senja (36 tahun), nyatanya CR7 tetaplah pemain kelas atas. Oleh sebab itu, MU memberinya gaji selangit dan menjadikan Ronaldo sebagai pemain dengan bayaran tertinggi di Manchester United; 25 juta Pounds atau setara Rp 481 miliar per tahun!
Cristiano Ronaldo punya banyak kisah manis bersama Manchester United dulu. Ronaldo mampu mempersembahkan tiga titel juara Liga Inggris, sekali Piala FA, dua kali Piala Liga Inggris, dan sekali juara Liga Champions.
Ronaldo juga pernah jadi top skor Liga Inggris, menyabet pemain muda terbaik dan pemain terbaik Premier League, plus meraih Ballon d'Or di musim terakhirnya.
 Ronaldo (tengah) dengan gelar Ballon d'Or pertamanya didapati kala berseragam MU (Getty Images) |
Kisah manis Cristiano Ronaldo sempat berlanjut di awal kedatangannya ke Manchester United pada periode kedua ini. Ronaldo bikin tiga gol dari dua laga awal di Liga Inggris, menjanjikan bukan?
Sayangnya, Ronaldo kemudian malah melempem. Dirinya tidak mampu bikin gol di empat laga terakhir!
Celakanya lagi, Ronaldo cuma bikin dua shots on target di empat laga terakhirnya itu. Segudang pertanyaan muncul, apakah Ronaldo kelelahan, apakah pasokan bola dari para pelayannya kurang matang, atau apakah strategi MU mulai terbaca lawan?
 Ronaldo lagi melempem (Getty Images/Michael Regan) |
Cristiano Ronaldo terus dipercaya mengisi pos penyerang tengah. Tugasnya lebih banyak jadi finisher, tidak lagi menyisir dari garis pinggir kotak penalti.
Ronaldo pun bak menghilang... ke mana, ya?
(Halaman selanjutnya, Ole Out!)
Buruknya performa Manchester United belakangan ini membuat Ole Gunnar Solskjaer jadi sasaran. Sang manajer pun dikabarkan akan ditendang!
Di media sosial, tagar 'Ole Out' sudah bergema. Rasa-rasanya, para fans menilai jasa Solskjaer sudah cukup untuk menukangi Setan Merah.
 Ole Gunnar Solskjaer (AP/Rui Vieira) |
Ole Gunnar Solskjaer sudah menjabat sebagai manajer MU sejak tahun 2019 dan kontraknya sampai tahun 2024. Solskjaer bukanlah nama asing di telinga fans MU, sebab dia adalah legenda klub semasa jadi pemain.
Solskjaer mendapat julukan Super Sub, mengingat dirinya mampu jadi pembeda walau harus memulai laga dari bangku cadangan. Bukti paling sahih, adalah ketika golnya membawa Manchester United memenangi Liga Champions kontra Bayern Munich pada tahun 1999.
Nahas, kisah manis Solskjaer sebagai pemain tidak berlanjut ketika menjadi manajer sekarang ini. Solskjaer dinilai miskin ide dan miskin kreativitas.
Pola permainannya yang suka memakai strategi 4-2-3-1 gampang terbaca. Permainan serangan balik Manchester United juga perlahan tumpul.
Solskjaer pun tampaknya sulit berimprovisasi atau tidak fleksibel menghadapi permainan lawan. Toh soal strategi, bisa dihitung jari berapa kali Solskjaer pakai formasi lain seperti 4-3-3 dan 3-5-2.
Diberitakan Sky Sports, Ole Gunnar Solskjaer nasibnya kini di ujung tanduk. Pihak dewan klub sudah berada di batas kesabaran.
Solskjaer dikasih waktu tiga laga lagi untuk menyelamatkan kursi manajernya. Tiga laga itu adalah menghadapi Tottenham Hotspur (30 Oktober), Atalanta (3 November), dan Manchester City (6 November).
Manchester United sudah ancang-ancang untuk mencari penggantinya. Kini mengerucut kepada dua nama, antara Antonio Conte atau Mauricio Pochettino.
(Halaman selanjutnya, komentar para pundit sepakbola)
Para pundit sepakbola memberikan komentar mereka soal performa Manchester United sejauh ini. Mereka adalah pundit dari Sky Sports yakni tiga pemain Manchester United yaitu Gary Neville, Rio Ferdinand, dan Paul Scholes, lalu eks pemain Liverpool Jamie Carragher, serta eks penyerang Tottenham Hotspur, Jermain Defoe.
Begini pendapat dan komentar mereka mengenai performa Manchester United yang lagi dipayungi awan kelabu. Dimulai dari Paul Scholes, yang menyebut para pemain MU tak mampu berkomunikasi dengan baik di lapangan.
"Manchester United tidak meyakinkan. Calon juara Liga Inggris musim ini adalah antara Liverpool dan Manchester City," terang Paul Scholes.
"Para gelandang MU bermain sendiri-sendiri, tidak ada komunikasi. Mereka akan dihabisi kalau ketemu tim kuat," lanjutnya.
Kalau Gary Neville, mirip-mirip dengan seperti yang Scholes bilang. Baginya, Manchester United kini tidak bermain sebagai satu tim!
"Manchester United punya banyak masalah yang harus dibenahi dari belakang sampai ke depan," keluh Gary Neville.
"Mereka harus bermain sebagai satu tim. Lihatlah Chelsea, Liverpool, dan Man City, mereka bermain dalam satu tim dan pantas berada di level tertinggi," sambungnya.
 Gary Neville (Getty Images/Naomi Baker) |
Rio Ferdinand menekankan soal identitas tim. Yang mana, itu mempengaruhi kepercayaan diri para pemain MU!
"Mereka berjuang untuk menemukan identitas dan siapa mereka. Mereka harus berpikir, 'kita ini tim apa?'" terangnya.
"Apakah manajer memberi para pemain informasi yang benar? Dan jika demikian, apakah para pemain tidak menerima informasi itu?" sambungnya.
Bagi Jamie Carragher, satu masalah Manchester United sudah jelas. Pecat manajer Ole Gunnar Solskjaer!
"CV Solskjaer apa sih? Dia belum pernah melatih tim hebat," ketusnya.
"Melatih Manchester United akan dihadapkan pada tekanan berat. Kalau MU maun bangkit, mereka harus mencari manajer level top," ungkapnya.
 Solskjaer berada di bawah tekanan besar! (Getty Images/Alex Pantling) |
Jermain Defoe punya pandangan soal permainan Manchester United. Baginya, MU kerap kalah di Liga Inggris karena tidak melakukan pressing alias menekan lawan dengan baik!
"Mereka tidak melakukan pressing dengan baik. Lihatlah Chelsea, Liverpool, dan City, mereka berada di puncak klasemen karena melakukan hal tersebut," tegasnya.