European Super League yang Tak Diinginkan

Round-Up

European Super League yang Tak Diinginkan

Mohammad Resha Pratama - Sepakbola
Senin, 19 Apr 2021 23:51 WIB
A selection of scarves of the English soccer Premier League teams who are reported to be part of a proposed European Super League, laid out and photographed, in London, Monday, April 19, 2021.  The 12 European clubs planning to start a breakaway Super League have told the leaders of FIFA and UEFA that they have begun legal action aimed at fending off threats to block the competition. (AP Photo/Alastair Grant)
Ramai-ramai menentang European Super League (AP/Alastair Grant)
Jakarta -

European Super League, maksudnya mungkin baik untuk mengakomodir keinginan besar para raksasa Eropa. Tapi, belum juga dimulai, kompetisi itu dikecam sana-sini.

Sebanyak 12 klub top Eropa resmi membentuk kompetisi baru bernama European Super League atau Liga Super Eropa. Penyataan resmi pembentukan European Super League itu disampaikan salah satu klub penggagas, Real Madrid dalam laman resminya, Senin (19/4/2021).

Selain Real Madrid, ada juga Manchester City, Manchester United, Chelsea, Liverpool, Tottenham Hotspur, dan Arsenal dari Inggris. Lalu dari Italia ada trio Juventus, Inter Milan, dan AC Milan. Dari Spanyol, Barcelona dan Atletico Madrid menemani Madrid.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rencananya tak hanya 12 klub, tapi European Super League juga akan mengajak raksasa lainnya dari Bundesliga yakni Bayern Munich, Borussia Dortmund, dan RB Leipzig, sekaligus Paris Saint-Germain. Nantinya format kompetisi ini adalah liga berisikan 12 pendiri tetap ditambah delapan tim tambahan yang bisa berubah, sesuai performa tim, sehingga berjumlah total 20 tim.

Rencana pembentukan European Super League terjadi saat pandemi Covid-19. Klub penggagas European Super League ingin meningkatkan kualitas dan intensitas kompetisi Eropa yang ada sepanjang musim, dan menciptakan format untuk klub dan pemain top guna bersaing secara teratur.

ADVERTISEMENT

Florentino Perez selaku presiden Madrid ditunjuk sebagai Presiden European Super League. Sedangkan Presiden Juventus Andrea Agnelli, pemilik Liverpool John W Henry, dan pemilik Manchester United, Joel Glazer sebagai wakilnya.

Kompetisi European Super League rencananya akan dimulai sedari Agustus hingga Mei. Para pesertanya mendapat uang tampil yang menggiurkan, sekitar 300 juta paun atau hampir Rp 6 T, jumlah yang bisa bertambah sesuai penampilan.

Resistensi di mana-mana

Tapi, belum juga kompetisi European Super League itu dimulai, penolakan terjadi di mana-mana. Premier League, LaLiga, UEFA, dan bahkan FIFA menentangnya. Tak cuma itu, beberapa legenda sepakbola juga mengutuk habis turnamen tersebut.

Belum cukup penolakan datang dari asosiasi serta operator kompetisi, suporter yang merupakan elemen utama sebuah klub juga ikut menentang keras. Sebab berkumpulnya tim-tim elite Eropa dalam satu turnamen tertutup akan menutup lahirnya 'persaingan sepakbola secara sehat'.

Tim-tim kecil takkan bisa bersaing dengan tim terbaik, sementara tim terkuat akan menjadi semakin kuat dan kaya tentunya. Kompetisi yang 'hanya mempertemukan tim elite' itu dinilai melanggar prinsip fair play itu sendiri.

Bahkan enam kelompok suporter Big Six Premier League menolak keras ide tersebut, sekaligus beberapa pemain serta pelatih yang timnya berkompetisi di European Super League. Bruno Fernandes dan manajer Chelsea Thomas Tuchel salah satunya.

Sanksi Berat Menanti

UEFA pun bertindak tegas dengan rencana ke-12 klub itu menggulirkan European Super League. Presiden UEFA Aleksander Ceferin bahkan mengultimatum klub-klub peserta akan dicoret dari keanggotaan UEFA dan dilarang lagi tampil di segala macam kompetisi yang berada di bawah naungannya.

Tak cuma klub, para pemain pun tidak diperbolehkan tampil di Piala Eropa dan Piala Dunia.

"Para pemain yang bermain di tim peserta liga tersebut, dilarang tampil di Piala Dunia dan Piala Eropa. Mereka tidak bisa membela timnas mereka di pertandingan manapun," ujar Ceferin dalam pernyataan resminya.

Meski demikian, European Super League tampaknya akan tetap jalan dan akan tetap "panas" sampai ada titik temu dengan UEFA. Bahkan Agnelli sudah mengundurkan diri dari jabatan Presiden Asosiasi Klub Eropa (ECA), yang menentang ide liga super tersebut.

Dia juga meninggalkan posisinya sebagai anggota Komite Eksekutif UEFA. Langkah ini akan diikuti juga oleh para petinggi klub peserta European Super League lainnya, seraya ingin menunjukkan keseriusannya dalam menjalankan kompetisi itu.

Kira-kira siapa bakal jadi pemenangnya? Kita tunggu saja.

Halaman 2 dari 2
(mrp/raw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads